Selasa, 09 Maret 2021

Karena Indonesia Bukan Hanya Jawa

 



Beberapa hari lalu saya mengikuti acara meeting virtual alumni program Muslem Exchange Program dimana saya pernah ikut kegiatan tersebut. Salah seorang yang memberikan acara pembuka adalah duta besar Indonesia untuk Australia. Saya sayangkan sekali pak Dubes menggunakan backsound gending Jawa ketika beliau berbicara. Sebagai orang yang bukan orang Jawa, saya merasa "terpanggil" untuk 'mengingatkan pak Dubes lewat tulisan ini. Saya minta teman yang ada di Melbourne untuk mengirimkan tulisan ini ke duta besar Indonesia di Canberra.


***********************************************

Tulisan ini merupakan refleksi saya untuk 65 tahun usia tanah airku, Indonesia.

Tahun 2010 lalu saya mengunjungi KJRI Indonesia di Melbourne. Saat masuki ruangan, yang pertama menyambut saya adalah patung Bali.

Saat berada di Bangkok tahun 2003, teman saya yang berasal dari UGM bercerita. Hampir setiap bertemu seseorang ia akan ditanyai berasal dari mana, ia menjawab dari Indonesia. Dan orang yang bertanya berkata “oh..I’ve been to Bali’. Sejak saat itu temanku selalu membawa peta Indonesia dan jika ada orang yang bertanya dia dari mana, dan jawabannya sama dengan yang diatas (I am from Indonesia) dan disambut dengan kata-kata “I’ve been to Bali”, teman ini langsung menggelar petanya, menunjukkan “ini Indonesia dan ini Bali dan saya berasal dari sini (sambil menunjukkan pulau Jawa)”.

Saat berada di kedutaan Indonesia di Washington DC tahun 2008, saya bertanya pada atase politik yang menerima kami. Saat itu meeting kami sudah selesai dan pak Atase membawa kami jalan-jalan menuju ruang tamu di kedutaan. Lalu saya lihat ada lukisan Pangeran Diponegoro dan Jendral Sudirman yang sangat besar. Saya katakan”… maaf ya pak, mungkin ini agak sensitive. Koq yang saya lihat disini hanya lukisan Diponegoro dan Sudirman? Ini kan hanya representative Jawa. Si Bapak terdiam sejenak dan lalu menjawab bahwa ada foto Cut Nyak Dhien di rumah Pak Duta Besar dan foto Pangeran Hasanuddin di ruangan yang lain lagi.

Saya sendiri tidak tau mengapa saya berani bertanya seperti itu. Mungkin karena belakangan, setelah meeting selesai, saya tahu bahwa beliau juga tamatan Hubungan Internasional Fisipol UGM (sama seperti saya, meski angkatan berbeda), ada kedekatan psikologis yg menyebabkan saya berani bertanya seperti itu.

Saat saya ceritakan hal ini pada salah seorang teman yang berasal dari Papua, ternyata ia mempunyai cerita yang sama. Katanya, pengalaman saya persis sama seperti yang dialami oleh seorang perempuan Papua saat diundang ke istana merdeka. Menurut Lusi (teman saya tadi), kasus Freeport (demo yang dilakukan oleh orang Papua di Freeport) mengundang keinginatahuan presiden SBY untuk mendengar lebih jauh dari masyarakat Papua sendiri. Lalu diundanglah beberapa orang dari kawasan Freeport untuk datang ke Istana merdeka. Saat diistana, setelah Presiden menyampaikan kata sambutannya,seorang ibu berdiri dan bertanya “ Pak, mengapa saya tidak melihat orang-orang kami di foto-foto yang ada diruangan ini? Apa yang salah dengan kami?”.
 Pak SBY langsung tercenung, tidak bisa berkata apa-apa dan matanya berkaca-kaca.
Ternyata sebelum memasuki ruangan pertemuan, banyak foto pahlawan Indonesia yang dipasang dilorong menuju tempat pertemuan. Dan itulah yang dilihat oleh si ibu tadi sehingga dia berani menanyakan, mengapa tidak ada orang yang mempunyai performa seperti dirinya
(berambut keriting dan berkulit hitam) dipajang di lorong tersebut.

Saya kira kita semua mengetahui bahwa memang daerah Indonesia yang sudah sangat terkenal secara internasional adalah Jawa dan Bali. Dan karena itu, Indonesia akan sangat mudah  diperkenalkan dengan menggunakan kedua daerah tadi. Namun sayang sekali, banyak sekali daerah-daerah lain yang ada di Indonesia menjadi tidak terwakilkan dalam kegiatan-kegiatan atas nama Indonesia. Salah seorang teman yang kuliah di Flinders juga sempat menemui salah seorang dosen dan menyampaikan keheranannya mengapa hanya ada batik yang merepresentasikan Indonesia di setiap kegiatan atas nama Indonesia. Karenanya, teman ini tadi meninggalkan kain tapis Lampung miliknya sebagai cendera mata saat dia akan pulang ke Lampung, setelah kuliahnya selesai.

Mungkin, butuh kerja  ekstra keras untuk memperkenalkan pada masyarakat dunia bahwa Indonesia bukan hanya Jawa dan Bali.

Selamat Ulang Tahun Indonesiaku…semoga kedepan akan lebih banyak lagi perwakilan-perwakilan dari tanahmu yang muncul di luar Indonesia, sehingga dunia tau bahwa Indonesia itu bukan hanya beretnis Jawa dan Bali.

(tulisan ini sama sekali tidak bermaksud menyinggung perasaan teman-teman yang beretnis Jawa atau Bali)

Rosnida Sari

Wakil Aceh untuk MEP 2006, Presiden PPIA Flinders University (2009-2010)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar