Beberapa hari lalu saya mengikuti acara meeting virtual alumni program Muslem Exchange Program dimana saya pernah ikut kegiatan tersebut. Salah seorang yang memberikan acara pembuka adalah duta besar Indonesia untuk Australia. Saya sayangkan sekali pak Dubes menggunakan backsound gending Jawa ketika beliau berbicara. Sebagai orang yang bukan orang Jawa, saya merasa "terpanggil" untuk 'mengingatkan pak Dubes lewat tulisan ini. Saya minta teman yang ada di Melbourne untuk mengirimkan tulisan ini ke duta besar Indonesia di Canberra.
***********************************************
Tulisan
ini merupakan refleksi saya untuk 65 tahun usia tanah airku,
Indonesia.
Tahun 2010 lalu saya
mengunjungi KJRI Indonesia di Melbourne. Saat masuki ruangan, yang pertama
menyambut saya adalah patung Bali.
Saat berada di Bangkok tahun 2003, teman saya yang berasal dari UGM
bercerita. Hampir setiap bertemu seseorang ia akan ditanyai berasal dari mana,
ia menjawab dari Indonesia. Dan orang yang bertanya berkata “oh..I’ve been to Bali’. Sejak saat itu
temanku selalu membawa peta Indonesia dan jika ada orang yang bertanya dia dari mana, dan jawabannya
sama dengan yang diatas (I am from Indonesia) dan disambut dengan
kata-kata “I’ve been to Bali”, teman ini langsung menggelar
petanya, menunjukkan “ini Indonesia dan ini Bali dan saya berasal dari sini
(sambil menunjukkan pulau Jawa)”.
Saat berada di
kedutaan Indonesia di Washington DC
tahun 2008, saya bertanya pada atase politik yang
menerima kami. Saat itu meeting kami sudah selesai dan pak Atase membawa kami
jalan-jalan menuju ruang tamu di kedutaan. Lalu saya lihat ada lukisan Pangeran
Diponegoro dan Jendral Sudirman yang sangat besar. Saya katakan”… maaf ya pak,
mungkin ini agak sensitive. Koq yang saya lihat disini hanya lukisan Diponegoro
dan Sudirman? Ini kan hanya representative Jawa. Si Bapak terdiam sejenak dan
lalu menjawab bahwa ada foto Cut Nyak Dhien di rumah Pak Duta Besar dan foto
Pangeran Hasanuddin di ruangan yang lain lagi.
Saya sendiri
tidak tau mengapa saya berani bertanya seperti itu. Mungkin karena belakangan, setelah meeting selesai, saya tahu bahwa
beliau juga tamatan Hubungan Internasional Fisipol UGM (sama seperti saya, meski angkatan berbeda),
ada kedekatan psikologis yg menyebabkan saya berani bertanya seperti itu.
Saat saya
ceritakan hal ini pada salah seorang teman yang berasal dari Papua, ternyata ia
mempunyai cerita yang sama. Katanya, pengalaman saya persis sama seperti yang
dialami oleh seorang perempuan Papua saat diundang ke istana merdeka. Menurut
Lusi (teman saya tadi), kasus Freeport (demo yang dilakukan oleh orang Papua di Freeport)
mengundang keinginatahuan presiden SBY untuk mendengar lebih jauh dari
masyarakat Papua
sendiri. Lalu diundanglah beberapa orang dari kawasan Freeport untuk datang ke
Istana merdeka. Saat diistana, setelah Presiden menyampaikan kata
sambutannya,seorang ibu berdiri dan bertanya “ Pak, mengapa saya tidak melihat
orang-orang kami di foto-foto yang ada diruangan ini? Apa yang salah dengan
kami?”.
Pak SBY langsung
tercenung, tidak bisa berkata
apa-apa dan matanya berkaca-kaca.
Ternyata sebelum memasuki ruangan pertemuan, banyak foto pahlawan Indonesia
yang dipasang dilorong menuju tempat pertemuan. Dan itulah yang dilihat oleh si
ibu tadi sehingga dia berani menanyakan, mengapa tidak ada orang yang mempunyai
performa seperti dirinya (berambut keriting
dan berkulit hitam) dipajang di lorong tersebut.
Saya kira kita semua mengetahui bahwa memang daerah Indonesia
yang sudah sangat terkenal secara internasional
adalah Jawa dan Bali. Dan karena itu, Indonesia akan sangat mudah diperkenalkan dengan menggunakan kedua daerah
tadi. Namun sayang sekali, banyak sekali daerah-daerah lain yang ada di Indonesia
menjadi tidak terwakilkan
dalam kegiatan-kegiatan atas nama Indonesia. Salah seorang teman yang kuliah di Flinders juga sempat menemui
salah seorang dosen dan menyampaikan keheranannya mengapa hanya ada batik yang
merepresentasikan Indonesia di setiap kegiatan atas nama Indonesia. Karenanya,
teman ini tadi meninggalkan kain tapis Lampung miliknya sebagai cendera mata saat
dia akan pulang ke Lampung,
setelah kuliahnya selesai.
Mungkin,
butuh kerja ekstra keras untuk
memperkenalkan pada masyarakat dunia bahwa Indonesia bukan hanya Jawa dan Bali.
Selamat
Ulang Tahun Indonesiaku…semoga kedepan akan lebih banyak lagi perwakilan-perwakilan dari
tanahmu yang muncul di luar Indonesia, sehingga dunia tau
bahwa Indonesia itu bukan hanya beretnis Jawa dan Bali.
(tulisan
ini sama sekali tidak bermaksud menyinggung perasaan teman-teman yang beretnis Jawa atau Bali)
Rosnida Sari
Wakil
Aceh untuk MEP 2006, Presiden PPIA Flinders University (2009-2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar