Hari ini Henny
menelpon, mengajak ziarah kesalah seorang anggota MAF yang tewas tenggelam
tahun 2010 lalu. Ceritanya, pada saat itu si bule sedang berenang di Lhoknga,
tiba-tiba ada anak umur 12 tahun yang akan tenggelam. Dia langsung menolong
anak tadi. Sayangnya dia dan anak tadi malah ikut tenggelam. Temannya yang
lain, yang ikut menolong, selamat. Tapi dia tidak terselamatkan. Sianak
menghilang, satu hari kemudian ditemukan, masih di pantai Lhoknga, sudah
menjadi mayat.
Aku sering mendengar
cerita ini dari Henny. Dia sering bercerita bagaimana tegarnya istri si
penolong ini tadi. Ternyata hari ini beliau datang ke Aceh dan ingin
mengunjungi makam suaminya, bersama sang anak yang kini sudah berumur 10 tahun.
Henny bercerita bagaimana si anak, ketika ayahnya meninggal malah sangat senang
karena banyak sekali orang dirumah. Si anak ketika itu berumur 2 tahun, sama
sekali tidak mengerti apa yang terjadi dirumah mereka.
Kini, si istri dan si
anak datang lagi ke Aceh. Mereka mengunjungi makam suami dan ayah mereka. Biaya
kedatangan di tanggung oleh perusahaan dimana si suami dulu bekerja. Karena
perusahaan ini akan tutup di Aceh, perusahaan memberi kesempatan untuk si istri
dan anaknya melihat makam suaminya untuk terakhir kalinya.
Dari apa yang aku
dengar dari teman yang mengajakku mengunjungi makam ini, Ben (demikian nama si
korban) sudah mengetahui bahwa dia akan mati muda. Ben lahir tahun 1980 dan
meninggal tahun 2010. Ketika ia masih pacaran dengan si istri, ia telah
memberitahu bahwa ia akan mati muda dan menanyakan pada si istri apakah dia
masih akan mau menikah dengannya. Mungkin karena sudah diberitahu terlebih
dahulu, menurut cerita temanku,si istri terlihat begitu tegar ketika mengetahui
kematian suaminya.
Kini, setelah 8 tahun,
si istri dan anaknya datang ke Aceh untuk menjenguk makam si suami. Tadi, kami
bertujuh datang mengunjungi makam itu. Makam itu mempunyai pusara yang berbeda
dengan makam lainnya. Makam Ben dibuat dari batu kecil-kecil (batu yang lebih
besar sedikit dari pasir) dan ada nisan disertai dengan foto Ben di nisan itu.
Juga ada testimony yang tertulis di nisan itu.
Yang menarik adalah
ternyata tiga tahun lalu si istri menikah lagi. Kini dia punya dua anak dari
suaminya yang sekarang, Jordan (2th) dan Juli (6 bln). Suami yang sekarang
adalah teman baik suaminya yang dulu. Aku sempat terpana ketika melihat
bagaimana si istri menggunakan handphonenya menelpon si suami di Amerika sana
dan menshoot makam tadi. Bagi pemikiran mereka yang konservatif (aku termasuk
kali ya, hehehe) sangat heran melihat si suami yang tenang-tenang saja menerima
shootingan istrinya, dan si suami tidak cemburu dengan apa yang dilakukan oleh
si istri. Bagi sebagian orang, mungkin kehidupan yang lalu sudah selesai dan
tidak perlu diungkit-ungkit kepada suami yang baru. Tapi untuk kasus ini lain.
Saya sangat kagum melihat bagaimana si istri begitu tenangnya menunjukkan
gambar makam almarhum suaminya pada suaminya sekarang. Sianak yang sudah
berumur 10 tahun juga terlihat biasa saja ketika mengatakan pada ayah tirinya,
bahwa ia sedang berada di makam ayahnya.
Aku termangu melihat
moment itu.
Temanku bercerita bahwa
anaknya itu sangat mirip bapaknya yang telah meninggal. Selain mirip wajah, si
anak juga punya kemiripan yang lain dengan si ayah almarhum, yaitu hobi pada
hal mekanik. Ayah tiri yang sekarang adalah seorang seniman, sehingga si ayah
sekarang suka kelabakan untuk menjawab pertanyaan si anak yang melulu berkaitan
dengan mekanik. Menurut Henny, mungkin inilah yang menjadi permasalahan bagi
mereka yang mempunyai anak tiri. Terkadang karena perbedaan selera dan minat
membuat orang tua tiri tidak bisa dekat dengan anaknya.
Pengalaman hari ini
begitu berharga. Saya jadi mengetahui bahwa terkadang kita tidak bisa hanya
bersandar pada cinta. Toh cinta itu bisa hilang seketika. Dalam cinta, ada hal
realistis yang juga perlu difikirkan. Life must go on….
Berita tentang Ben:
(http://beritasore.com/2010/11/11/pantai-lhoknga-berbahaya-warga-as-tewas-tenggelam/)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar