Udah dari beberapa tahun
lalu pengen nonton drakor, tapi karena ga punya jaringan internet yang yahud,
akhirnya niat nonton diurungkan. Bahkan waktu itu udah pengen pinjem DVDnya aja
dari Tety Nasution (salah seorang adik di gerakan perempuan Aceh) yang suka banget
nonton drakor. Tapi serialnya panjang banget, jadinya malas nonton.
Terus, ketika orang2
heboh di FB membicarakan tentang The World of Merried Couple, aku juga ga
tergoda. Mba Lady juga menginformasikan saking hebohnya itu drakor, sampai
diputar oleh satu TV swasta nasional. Aku tetap bergeming, ga pengen nonton.
Sampai kemudian, aku
nanya Cindy (asisten peneliti di kantor) eh...Arum kayaknya (Asisten Peneliti juga), bukan Cindy :-D :-D, drakor yang dia rekomendasikan untuk ditonton. Arum bilang “reply 1988”. Aku tanya Tety. Sama. Rekomendasi Tety adalah Reply
1988 dan Desendant of the Sun. Tapi awalnya aku nonton film It’s ok, it’s love.
Itu rekomendasi Cindy. Asyik juga tuh film. Selain cerita romansanya, juga
ada pembelajaran yang didapat tentang orang sakit jiwa yang terlihat sehat-sehat
saja, tapi ternyata mengidap penyakit jiwa. Setelah itu mulailah aku nonton
drakor.
Dari beberapa yang sudah aku tonton, ada beberapa yang aku sangat suka, karena
punya pelajaran yang bisa dipetik dari film itu. Cerita yang menurutku
biasa-biasa saja, dilapis ketiga, adalah; It’s ok not to be ok, The legend of
blue sea, Mr. Sunshine, Descendant of The Sun, Welcome to Waikiki, Crash
Landing On You, My love from the Star, Memories of Alhambra dan Goblin. Ini sih
cerita romansa biasa yang menurutku ga ada pembelajaran yang bisa dipetik.
Lalu lapis kedua adalah
The World of Merried Couple, Hospital Playlist dan Reply 1988. Selain The World
of Merried Couple, aku suka banget dua drakor ini. Untuk Hospital Playlist, aku
suka lagu-lagu yang ada di film itu. Aku dengerin juga meski sudah ga nonton
filmnya lagi. Cerita film ini tentang persahabatn para dokter yang dari kuliah
sampai mereka menjadi dokter di rumah sakit yang sama. Ceritanya bagus, bahkan
ada tentang kedokterannya. Hanya sayangnya, karena aku tidak begitu faham dunia
kedokteran, jadi cerita ini aku hanya melihat di bagian persahabatannya yang
luar biasa.
Begitu juga ‘Reply 1988’,
drama yang bercerita tentang beberapa keluarga yang tinggal dalam satu gang,
begitu menggambarkan bagaimana kehidupan bertetangga di tahun 1980an dulu.
Filmnya bagus banget. Jadi pengen nonton lagi kapan-kapan.
Nah, film dilapis pertama menurutku adalah “ Because This is My First Life”,
“18 Again” dan yang sedang aku tonton “ Wise Life in Prison/Playbook Prison”.
Aku cerita film yang
pertama dulu kenapa film ini bagus. Film “Because This Is My First Life”
benar-benar menunjukkan bagaimana hubungan laki-laki dan perempuan di kehidupan
kota besar. Agar kedua mereka bahagia, mereka harus saling setuju apa-apa yang
akan mereka lakukan bersama dan apa-apa yang mereka lakukan sendiri-sendiri,
sehingga tidak ada keterpaksaan dari kedua mereka. Jadi kayak semacam kontrak,
gitu. Film ini aku suka banget.
Film kedua adalah 18
Again. Film ini bercerita tentang hubungan suami istri dan anak-anak yang
awalnya tidak harmonis, karena ayah yang tidak terbuka. Namun ketika si ayah
diberi kesempatan menjadi berusia 18 tahun, dia berusaha untuk mengisi
bolong-bolong yang dia lakukan ketika ia menjadi ayah. Intinya, ia menjadi
teman yang baik bagi anak2nya. Film ini, sedih sekaligus lucu. Tapi banyak hal
yang bisa didapat dari film ini. Khabarnya sih, ini film sama persis dengan
film 17 again yang diperankan oleh Zac Efron.
Yang ketiga adalah “Wise
Prison Life”, film tentang kehidupan di penjara ini benar-benar memukau. Saya
membayangkan berapa lama si penulis skenario melakukan riset di penjara dan
riset pada kasus-kasus yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam film ini. Misalnya
saja kasus yang dialami oleh (aduuuuh, inilah ga enaknya nonton drakor, namanya
itu susah diingat) seorang kapten yang dituduh membunuh bawahannya. Padahal
pelakunya adalah kapten yang lain, tapi karena si kapten pelaku ini adalah anak
pejabat, maka dia dilindungi dan kesalahan dijatuhkan pada si kapten yang masuk
penjara ini. Sebenarnya, teman2nya di kesatuan tau kalau dia tidak bersalah,
tapi mereka tidak berani buka suara, dan mereka di piindah terpisah-pisah ke
instansi yang berbeda-beda, sehingga kakak si kapten yang ingin mencari tau
tentang kebenaran bahwa adiknya seorang pembunuh menjadi sangat sulit untuk
menemui saksi mata ini. Mirip kayak di Indonesia kan? Saya jadi teringat
tentang kasus hubungan seksual yang dialami oleh seorang perawat di Jember ini.
Laki-laki, si pelaku, karena anak seorang pejabat, ia dipindah ke tempat-tempat
yang berbeda, bukan di pecat, sehingga ia selamat sebagai PNS.
Begitu juga dengan kasus
tahanan yang lain, lupa namanya, yang bersedia dijadikan pesakitan dan
dikorbankan untuk membela perusahaannya. Selama di penjara, keluarganya dijamin
hidupnya dengan gaji si suami yang dibayar 3x lipat untuk menghidupi anak dan
istrinya.
Di film ini, si pemeran
utama, diceritakan sebagai pemain baseball yang bodoh. Tapi di dalam penjara diperlihatkan
bagaimana ia mempunyai kharisma dan mampu membantu tahanan-tahanan yang lain. Jadi,
film ini menunjukkan bahwa setiap orang itu punya keunikan tersendiri yang
tidak diduga, Bisa saja dia tidak mahir di satu bidang, tapi sebenarnya ia bisa
mahir dan membantu di bidang yang lain.
Selama ini pandangan
bahwa penjara tidak manusiawi, ternyata terpatahkan di dalam film ini. Para
tahanan yang ada di dalam satu sell itu saling membantu satu sama lain. Sangat
menyentuh.
Juga ada sipir penjara
yang terlihat sangat sangar, tapi ternyata meski dia berbicara dengan sangat
keras, ia menjadi idola dari tahanan yang lain, karena kemudahan yang ia
berikan ketika para tahanan itu mendapatkan kesulitan. Film ini menunjukkan bahwa kita tidak bisa
menilai seseorang dari tampilan luarnya saja. Beberapa keunikan dari cerita film
ini yang tidak terduga yang membuat aku suka banget dengan film ini. Film ini bagus banget.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar