Syari’ah di Montreal
Tgl
25 April adalah hari Museum di Montreal. Hari itu semua museum yang ada di
Montreal gratis. Selain museum yang gratis, pemerintah juga menyediakan bus
gratis untuk membawa pengunjung ke museum-museum yang ada. Ada 4 jalur bus yang
disediakan oleh pemerintah. Setiap jalur itu menelusuri tempat-tempat dimana
terdapat museum-museum diseluruh Montreal. Ada banyak museum di Montreal. Seperti museum seni
kontemporer, museum di Mc. Gill, museum peradaban di Kanada, museum tekstil
dll.
Maka
berbondong-bondonglah kami mengunjungi museum yang ada di Montreal. Ternyata
bukan cuma pelajar saja yang senang gratisan, tapi juga penduduk Montreal. Kami
melihat banyak sekali orang yang antri didepan museum maupun di depan halte
bus, menunggu bus gratis. Tapi bedanya jika di Montreal, meski gratisan,mereka tetap mau ngantri baik
di depan museum ataupun di antrian bus. Sedangkan di tempat kita??? Yah…
pembaca sudah cukup maklum, kan?
Kembali ke
perjalanan pada hari museum. Sehari sebelumnya kami tau bahwa ada bus gratis
yang akan membawa kita untuk mengunjungi museum-museum. Tempat pertama adalah
museum Mc. Gill dan dari situ maka kita akan bisa naik bus yang akan membawa
kita ke museum selanjutnya.
Usai dari museum
Mc. Gill kami melanjutkan perjalanan ke Museum seni yang masih satu jalan
dengan universitas Mc. Gill. Kami menunggu bus di depan universitas Mc. Gill.
Saat bus datang kami ikut antri dengan pengunjung museum yang lain.
Sesampai di
museum fine art, kami tidak melihat hal-hal yang sangat menarik dari museum
tersebut. Banyak lukisan dan benda-benda seni dipajang disitu. Mungkin karena
ilmu kami yang sangat sedikit tentang lukisan kontemporer, sedangkan kami
adalah penikmat lukisan surealis sehingga lukisan-lukisan tersebut tidak begitu
menarik minat kami. Ditambah lagi dengan masih banyaknya museum yang ingin kami
kunjungi. Kamipun memutuskan untuk keluar dari situ dan melanjutkan perjalanan ke
BIODOME.
Sebagai
informasi, BIODOME adalah salah satu tempat yang direkomendasikan untuk
dikunjungi di Montreal. Buku-buku kunjungan wisata juga memasukkan tempat ini
untuk dikunjungi. Dan ini menambah penasaran kami untuk segera mengunjungi
tempat ini, meski aku sudah pernah berkunjung ketempat ini setahun yang lalu.
Tapi karena menariknya tempat itu, maka kunjungan kedua ini tidak akan aku
sia-siakan untuk mengunjungi BIODOME lagi.
Tapi, yang ingin
aku ceritakan adalah tentang seorang nenek yang betul-betul membuat kami
tercenung saat keluar dari museum fine art tersebut. Saat keluar dari museum
tersebut, kami ingin melanjutkan perjalanan ke BIODOME,tapi kami tidak tau bus
apa yang harus kami naiki. Karena sebenarnya kalo naik metro (kereta api bawah
tanah) ada metro yang langsung kesitu. Tapi karena ada bus gratis mengapa harus
naik metro ?:-)))
Saat bingung
menentukan bus yang mana, maka salah seorang teman saya bertanya ke seorang
nenek- kira-kira berusia 60tahun- yang sedang berjalan kaki didepan kami,
sementara saya masih mencari-cari dimana BIODOME di peta yang dipajang di depan
perhentian bus. Sebagai informasi, bahwa hampir disemua shelter bus kita bisa
dapatkan peta Montreal beserta nomor busnya.
Si nenek tidak
tau bus apa yang harus kami naiki dan dia juga tidak tau hari apa hari itu. Dia
bertanya pada teman saya, mengapa ramai sekali orang pada hari itu. Teman saya
menjelaskan padanya ada apa hari itu, dan dengan putus asa, teman saya berfikir
bahwa si nenek tidak bisa membantu kami menemukan bus ke BIODOME.
Jadi, teman saya
membiarkan si nenek berlalu, kami masih mencari-cari di peta dimana BIODOME dan
bagaimana mencapainya jika naik bus. Tiba-tiba si nenek datang lagi. Dia menerangkan
bahwa kami harus menyeberang jalan dan menunggu bus di shelter seberang dan tunggu sampai datang
bus yang ada tanda berwarna kuning. Katanya “just go… don’t waste your time. I
go to the officer of the museum to ask the direction for you. Go..go.. don’t
waste your time”.
Kami tercenung
sambil menyeberang jalan. Akankah kita lakukan hal yang sama di sini di
Indonesia (atau Aceh) pada saat ada orang yang kebingungan seperti kami tadi???
Akankah kita mau menolong free of charge seperti apa yang dilakukan oleh
si nenek tadi??
Saat kembali ke
appartement, saya ceritakan pengalaman kami dengan si nenek pada salah seoarng
peserta yang tidak ikut dengan kami ke museum tadi. Katanya “ yah… syari’ahnya
memang sudah disini”.
Syari’ah di Melbourne
Saya betul-betul tertegun dengan
pengalaman itu. Ini bukan kali pertama betapa “syari’ah” memang ada diluar sana,
bukan di Aceh. Pengalaman lain saya dpaatkan saat saya di Melbourne, Australia.
Saat itu saya dan seorang teman dari Kalimantan sedang mengambil foto di depan
sebuah gereja. Di depan gereja itu ada seorang gelandangan yang sedang
tertidur. Kami mengasumsikan bahwa itu gelandangan dari pakaiannya yang kotor
dan bundelan yang ada didekatnya. Kami jalan lagi dan teman saya tidak sadar
jika kameranya tertinggal. Selang beberapa saat saat teman saya tadi baru sadar
bahwa kameranya tidak ada, pas saat kami akan mengambil foto lagi. Teman saya
yakin bahwa kameranya tertinggal di depan gereja tadi, maka dia putuskan untuk
kembali lagi ke gereja, siapa tau kameranya masih disitu. Lalu tidak berapa
lama dia balik ke kami dan bilang bahwa saat dia kembali ke gereja dia melihat
si gelandangan berlari-lari menuju dirinya dan bilang “ hi.. you left your
camera. I’m looking for you to give back this camera”.
Syari’ah di Seoul
Saat saya berkesempatan
berkunjung ke Seoul, saya juga mendapat pengalaman yang unik. Saat itu saya
mengunjungi teman saya yang berkewarganegaraan Amerika dan sudah menetap di
Seoul. Karena tidak cukup kamar di appartmennya beliau menyewakan satu kamar di
hotel untuk saya. Dia mengantarkan saya ke hotel tadi bersama suaminya. Karena
besok paginya saya harus kebandara dan agar saya tidak tersesat, teman saya
tadi menuliskan petunjuk arah dengan bahasa Korea diselembar kertas, penunjuk
arah bagi sopir taksi yang akan saya naiki besok pagi.
Paginya,
saat saya bingung mencari taksi, saya bertanya pada 2 orang laki-laki yang
sedang ngobrol didepan jalan dan bertanya dimana halte terdekat untuk menunggu
bus ke bandara. Mereka ternyata tidak bisa bahasa Inggris. Lalu saya tunjukkan
kertas yang ditulis oleh teman saya tadi. Dan tanpa disangka, mereka mengajak
saya masuk kemobil mereka dan langsung mengantar saya ke halte yang letaknya
sekitar 10 menit naik mobil. Disitulah saya menunggu bus yang menuju bandara.
Syariah di Bangkok
Saat saya
tinggal di Bangkok, pengalaman unik juga saya dapatkan disitu. Saat saya naik
bus, dan bus penuh. Orang-orang harus ada yang berdiri karena tidak cukup
tempat duduk. Uniknya, saat ada orang yang membawa belanjaan sangat banyak dan
harus berdiri, maka orang yang duduk yang berada di dekat orang yang berdiri
tadi akan menawarkan diri untuk memegang belanjaan orang yang berdiri tadi,
sehingga kedua tangannya akan bebas untuk berpegangan pada pegangan yang ada di
bus. Begitu juga jika ada anak kecil yang harus berdiri, maka seseoarang yang
duduk akan memberikan tempat duduknya pada sianak kecil tadi. Atau, jika ada
seorang bapak atau ibu yang menggendong
anak kecil, maka seseoarang yang sedang duduk akan berdiri dan memberikan
tempat duduknya pada bapak atau ibu tadi.
Begitulah…
mereka yang kita hujat karena bukan muslim (karena mereka Budha atau Kristen),
tapi ternyata mereka benar-benar mengamalkan syari’ah yang kita claim sebagai
milik orang muslim.
Lagi-lagi.. saya
menemukan bahwa Syari’ah juga ada di Melbourne, di Seoul, di Bangkok,bukan saja
di Montreal. Semoga Syari’ah juga merembes ke Indonesia dan Aceh.