Rabu, 20 Juli 2016

Bertemu anak Punk part 2



Akhirnya bisa juga aku ‘mengusir’ Merkel keluar dari rumah. Aku kira aku emang harus ‘mengusir’nya keluar karena memang sudah bikin tidak nyaman. gara-gara ada dia dirumah, aku menjadi tidak berbicara dengan ibu, bikin nangis keponakan dan bikin ngga nyaman suasana dirumah.

oke, aku akan cerita apa yang terjadi semalam.
Merkel bersama salah seorang temanku pergi ke pantai, karena aku tidak bisa menemani karena banyak sekali bahan ujian anak2 yang harus aku baca.  Ketika selesai surfing di Lhok’nga, temanku menelpon dan tanya dimana ambil laundry Merkel. Sebelumnya Merkel memang sudah mengambil laundry bersama dengan pak becak yang aku carikan, tapi ternyata laundrynya belum selesai,  baru akan selesai sore hari. Makanya ketika selesai dari Lhoknga mereka sempatkan untuk mengambil laundry itu. Aku jelaskan laundrynya di dekat Hotel Rumoh PMI. Sekitar jam 6an mereka sampai di rumah.

Aku dan beberapa temanku, rencananya akan dinner bersama Merkel, seperti apa yang kami lakukan kalau anak-anak CS datang ke Banda. Tapi ketika jam 7 malam, Merkel menanyakan kapan kami dinner karena dia sudah mengantuk dan capek sekali. aku bisa maklum itu karena dia sampai kerumahku pagi buta, istirahat sebentar, mulai melakukan risetnya dan surfing. Pastinya capek sekali. Jadi aku putuskan ke temanku sebaiknya tidak usah ke tempat dimana kami kongkow2 itu, karena aku yakin tidak ada makanan bagi vegan disitu. jadi, aku katakana ketemanku, kita makan and duduk-duduk di warung depan rumahku saja. Biarlah Merkel memesan mie yang penuh dengan sayuran (tanpa daging dan udang), sedangkan kami makan mie seperti biasa. Tapi ternyata dia sama sekali tidak ingin makan mie (katanya “I hate noodle”. padahal menurut temanku, dia makan mie ketika di Lhok’nga). Akhirnya kami pindah ke Tanabata. Rencananya, kami beli makanan di pasar Ulee Kareng lalu bawa ke Tanabata, makan disitu and pesan minum disitu. setelah nanti dia selesai makan, aku akan antar balik ke rumah dan aku bersama teman-temanku bisa lanjut ngerumpi sampe pagi!!!! yang jelas ngerumpiin si Merkel dan lain-lainnya!!

Tapi di Tanabata belum ada makanan, akhirnya kami jalan kaki ke pasar Ulee Kareng dan melihat-lihat di warung-warung yang ada, tapi sama sekali tidak ada yang dia cari. Marija inginnya makan tahu dan tempe. Sedangkan sekarang orang-orang baru saja selesai lebaran, jadi warung-warung belum kembali normal. Padahal, kalau dia mau, dia bisa saja membeli roti-roti sebelum dia bisa makan dengan benar. UUGhhh..ini kemarahan sudah memuncak dikepala!!

Dia memaksa untuk mencari makanan vegan, meski kami sudah mencari sepanjang pasar. menurutnya, 5 menit sebelum nyampe rumahku dia lihat satu warung yang penuh dengan makanan. Aku kira itu pasti restaurant Padang yang dekat Pom Bensin Lambhuk. Tapi siapa yang mau balik kesana?????

Lalu kami jalan balik menuju ke Tanabata. di jalan Merkel melihat yang jualan juice. Akhirnya dia membeli jus alpukat. Aku kira cukup dengan jus itu untuk makan malamnya, eh...ternyata tidak. dia masih mencoba mencari makanan. Akhirnya, setelah melihat nasi goreng, dia berhenti disitu dan memesan nasi goreng yang tidak pake ayam. Alhamdulillaaaaah! Akhirnya kami bisa makan dengan nyaman di Tanabata.

Ketika teman lain sampai ke tempat kami, dia bisa lihat muka Merkel yang kecapekan banget. Tapi ternyata setelah tau kalau temanku kerja di Dinas pertanahan, mulailah insting penelitinya muncul lagi. Hilang kantuknya. Dia tanya-tanya ke temanku, tentang tanah, tanah adat dan tanah negara. Temanku, mengira bahwa Merkel ini adalah CS juga seperti bule2 yang menginap dirumahku, jadi dia menjawab semua pertanyaan Merkel. Temanku bertanya ke aku mengapa Merkel banyak sekali pertanyaan, aku jawab (sambil narik kupingnya) “aku jelaskan nanti”.

Setelah selesai dengan pertanyaannya, aku antar dia pulang. Sampai dirumah, dia malah masih minta cookies untuk pencuci mulut, trus ngambil air di galon!. whuuiiihh…! bener-benar berbeda dengan CS yang biasanya menginap dirumah. Dalam rules di web CS, kita memang diserahkan untuk membuat rules terhadap tamu yang tinggal dirumah kita. Aku misalnya, aku tulis bahwa aku tidak akan menyiapkan makan untuk mereka. Aku hanya menyediakan kipas angin dikamar, bukan AC dll.. dan biasanya para tamu CS itu akan membeli sendiri makan dan air mineral di pasar atau toko kelontong.
Tapi tamu yang satu ini BEDA!!!

Setelah selesai mengurus dia, aku balik ke Tanabata. Dan mulailah kujelaskan ke temanku yang baru datang, siapa Merkel. Kuceritakan bagaimana aku bisa kenal dia, dia tinggal dirumahku dan ‘kerusuhan’ seperti apa yang sudah dia lakukan ke aku. Belum lagi teman yang tadi menemani ke Lhoknga juga bilang bahwa dia sempat malu karena dia minta kesediaan Merkel untuk memegang foto Pulau Weh, rencananya akan digunakan untuk mempromosikan Sabang. Biasanya orang Indonesia suka kalau barang-barangnya di promosikan oleh bule. Eh….Sibule ini menolak!! Gila nggak??!! Dia udah ditampung gratis, dibawa jalan-jalan gratis, hanya untuk memegang photo Pulau Weh untuk promosi saja dia tidak mau!! Aku sampai berfikiran, jangan-jangan ni orang bertindak criminal sehingga fotonya ga boleh diambil. Tapi…dia foto tuh ketika surfing, dan mentag foto itu facebook teman yang membawa dia jalan-jalan.

Bule aneh kan?

Ketika teman yang kerja di dinas pertanahan ini tau cerita ini, dia marah sekali. Menurutnya, sebaiknya aku usir saja si Merkel dari rumah.
Tapi aku tidak tega….

Tapi semalam ketika akan tidur, aku terfikir, mungkin sebaiknya aku batalkan saja janji dengan seorang teman yang bekerja melindungi LGBT. Rencana awal kemarin, aku akan bawa Merkel ke teman ini dan mewawancara dia. Tapi sekarang aku tidak merasa nyaman. Aku merasa bahwa teman-teman LGBT ini nanti hanya akan dijadikan objek film dokumenternya saja.  

Dan juga akan kukatakan bahwa aku tidak bisa menemani Merkel pergi bersama anak-anak Punk itu ke Lhoknga.  Semoga anak2 Punk itu tidak merasa terganggu dengan kehadiran Merkel di acara mereka.

Pagi-pagi, ternyata dia sudah mengganggu ibu dengan meminta teh. Hmmmph…. Ibu dengan bahasa Inggrisnya yang ga pas, akhirnya mengerti permintaan Merkel. Ibu meladeni Merkel dengan bahasanya yang berlepotan.

Suasana sudah tidak enak lagi. Akhirnya aku katakan kedia kalau teman yang akan diwawancara tentang LGBT tidak bisa ketemu karena dia harus pulang kampung, mertuanya sakit (terpaksa berbohong). Lalu aku bilang kalau malam ini akan ada anak CS yang akan menginap dirumah (padahal besok malam) artinya dia harus keluar dari rumah.
Katanya, dia akan tinggal dengan anak-anak punk itu (semoga anak-anak itu mau menerima dia), dan besok malam dia akan menginap bersama Silfana (ketika kuhubungi Sil, katanya tidak, krn rumahnya akan kedatangan tamu. Jadi tidak ada tempat untuk Merkel. Well...whatever). 

Menurut Merkel, dia ditipu oleh orang Gayo sebesar 1,5 juta sehingga anggaran dia mepet sekali. Begitu juga kartu kreditnya tidak bisa dipake, aku ga tau kenapa ga bisa. Kartu itu baru akan bisa dipake di Jambi nanti. Alhasil, dia minta menggunakan BBku juga chargernya dan akan menyerahkannya ke Silfana ketika dia ketemu hari Senin.

Karena aku tidak ikut ke pantai bersama anak-anak punk itu, aku tinggalkan saja dia bersama anak-anak itu. Aku membawa cemilan bagi anak-anak itu untuk mereka makan di pantai. Tapi apakah Merkel membawa makanan untuk anak-anak itu???Nope!!

Bahkan sebelum pergi ke anak-anak punk itu saja, dia sudah menyusahkan. Menurutnya dia kehilangan box makannya. Kami cari-cari dimana, ternyata menurut Kenni (adik iparku) sudah dibawa Adel (keponakanku) kerumahnya. Alhasil, aku terpaksa pergi lagi kerumah Adel dan ambil itu box. eh..pas pulang dan kuserahkan, dia bilang “harusnya ga perlu diambil”. Wek!!! nape ga bilang dari awal? aku kan tidak harus pontang panting ambil tu lunch box sampe harus terburu-buru naik sepmor ngambilnya??!!!

Sebelumnya aku sudah telpon Ali, anak Punk, ngabarin kalau kami terlambat. Aku sampai harus mengsmsnya lagi, bilang kami terlambat karena Merkel masih mengurusi beberapa hal. (dia ngisi sim card ke hape yang aku pinjamkan).
Ketika kuantar ke Peunayong, ke anak-anak punk itu, kami melewati rumah tetangga yang sedang pesta. dia pengen berhenti dan mengambil vidio. Tapi ga aku berhentikan, karena kami sudah terlambat sekali karena janji dengan anak2 Punk itu sekitar jam 11, sedangkan berangkat dari rumah itu sekitar jam 11.20. Hmm..bule yang satu ini emang beda dengan bule2 lain yang aku kenal.

Akhirnya, aku sampe juga ke tempat anak-anak Punk itu dan mereka belum berangkat (syukurlah). Dengar dari percakapan mereka, mereka masih ragu berangkat atau tidak, tapi aku sudah tidak perduli lagi. Terserah dia akan menginap dimana. Waktu dirumah aku sudah sarankan untuk menginap di hotel melati yang ada di dekat anak-anak punk itu. Tapi dia tidak mau, katanya dia akan menginap bersama dengan anak-anak Punk itu.
Akhirnya, berhasil juga dia keluar dari rumah. dan untuk merayakan itu, aku beli Air Tebu untuk aku minum sendiri, hahaahah…

Oya, karena dia ga bisa bertemu dengan teman pemerhati LGBT, ternyata dia sudah berteman dengan Hartoyo di Facebook dan dia bertanya siapa yang bisa dihubungi di Banda Aceh ini. Toyo ngasih nomor Ical dan Citra di Bireuen.

my reflection:
CS berbeda dengan peneliti, meski sama-sama bule. CS yang datang kerumahku sangat flexible dan sangat menyenangkan, sehingga aku membantupun tidak ada merasa terbebani. aku ingat satu CS Austria yang ketika datang kerumah. Menginap satu malam memberikan apresiasi yang begitu besar pada aku dan keluarga. aku bisa lihat ketulusan dari kata-katanya. Begitu juga dengan CS Spanyol yang datang awal puasa yang lalu, dia tidak masalah dengan makanan. Apa yang aku makan, itulah yang dia makan.

Tapi tamu yang satu ini memang luar biasa.
Ketika ia menyampaikan kata terima kasih, aku tidak membaca ketulusan disana. Kenapa? karena dia mengucapkannya sambil mengetik di laptopnya. Ketika dia berbicara dengan anak-anak punk itu, dia sama sekali tidak membuka kacamata mataharinya. Padahal, menurutku, alangkah baiknya jika dia membuka kaca mata hitamnya ketika berbicara dengan orang, sehingga orang bisa menatap langsung matanya. Apalagi berbicara dengan anak-anak punk, yang baru sekali dia temui dan juga mereka adalah anak-anak rentan, tentunya sangat tidak nyaman bagi mereka untuk bertemu dengan orang yang belum mereka kenal, bule dan tidak mau membuka kacamata hitamnya ketika berbicara.

Sekarang, aku akan fikir-fikir dulu untuk membantu mereka yang atas nama akademisi atau peneliti. Memang sebenarnya tidak boleh digeneralisir. Tapi, malas juga kalau dapat pengalaman yang sama lagi.

Kalau CS, mereka sudah jelas standarnya. Ketika mereka meminta untuk tinggal dirumah kita, kita bisa melihat profile di web dan membaca komentar-komentar orang, baik host maupun orang yang pernah bertemu dengannya, sehingga kita merasa mantap untuk memberikan tumpangan. Tapi akademisi yang satu ini, aku sama sekali tidak punya referensi. awalnya hanya ingin mmebantu, karena kantor yang ingin didatanginya belum buka ketika dia tiba di Banda Aceh dari Takengon, eh...koq malah jadi menginap, dan dia juga tidak bertanya apakah boleh menginap atau tidak.
wah, pengalaman yang tidak mengenakkan. Tapi aku mendapat pelajaran dari situ.

Alhasil, untuk ‘menyingkirkan’ dia dari rumah, aku harus ‘merelakan’ helmku, hape dan chargernya di pinjamnya. Padahal hape adalah alat paling krusial untuk menelpon orang-orang ketika meneliti. dia malah tidak punya. katanya dicuri. lha, harusnya beli dunk yang baru, yang harga 250.000 saja, yang penting bisa menelpon, daripada menyusahkan orang untuk memberikan hape kedia.

Namun selain itu, aku menjadi punya kontak dengan anak-anak punk itu. Aku berharap aku bisa membangun trust dengan mereka.

Semoga hape, charger dan helmku bisa balik lagi ke aku….Aku sengaja menyediakan helm extra buat para CS yang menginap dirumah. karena aku hanya punya sepeda motor, maka aku siapkan helm extra.


Note: ketika note ini dibuat, hapeku dan charger sudah kembali, tapi tidak helmku.hiks..hiks..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar