Akhirnya bisa juga aku ‘mengusir’ Merkel keluar dari rumah. Aku
kira aku emang harus ‘mengusir’nya keluar karena memang sudah bikin tidak
nyaman. gara-gara ada dia dirumah, aku menjadi tidak berbicara dengan ibu,
bikin nangis keponakan dan bikin ngga nyaman suasana dirumah.
oke, aku akan cerita apa yang terjadi semalam.
Merkel bersama salah seorang temanku pergi ke pantai, karena aku
tidak bisa menemani karena banyak sekali bahan ujian anak2 yang harus aku baca.
Ketika selesai surfing di Lhok’nga,
temanku menelpon dan tanya dimana ambil laundry Merkel. Sebelumnya Merkel
memang sudah mengambil laundry bersama dengan pak becak yang aku carikan, tapi
ternyata laundrynya belum selesai, baru
akan selesai sore hari. Makanya ketika selesai dari Lhoknga mereka sempatkan
untuk mengambil laundry itu. Aku jelaskan laundrynya di dekat Hotel Rumoh PMI.
Sekitar jam 6an mereka sampai di rumah.
Aku dan beberapa temanku, rencananya akan dinner bersama Merkel,
seperti apa yang kami lakukan kalau anak-anak CS datang ke Banda. Tapi ketika
jam 7 malam, Merkel menanyakan kapan kami dinner karena dia sudah mengantuk dan
capek sekali. aku bisa maklum itu karena dia sampai kerumahku pagi buta,
istirahat sebentar, mulai melakukan risetnya dan surfing. Pastinya capek
sekali. Jadi aku putuskan ke temanku sebaiknya tidak usah ke tempat dimana kami
kongkow2 itu, karena aku yakin tidak ada makanan bagi vegan disitu. jadi, aku
katakana ketemanku, kita makan and duduk-duduk di warung depan rumahku saja.
Biarlah Merkel memesan mie yang penuh dengan sayuran (tanpa daging dan udang),
sedangkan kami makan mie seperti biasa. Tapi ternyata dia sama sekali tidak
ingin makan mie (katanya “I hate noodle”. padahal menurut temanku, dia makan
mie ketika di Lhok’nga). Akhirnya kami pindah ke Tanabata. Rencananya, kami
beli makanan di pasar Ulee Kareng lalu bawa ke Tanabata, makan disitu and pesan
minum disitu. setelah nanti dia selesai makan, aku akan antar balik ke rumah
dan aku bersama teman-temanku bisa lanjut ngerumpi sampe pagi!!!! yang jelas
ngerumpiin si Merkel dan lain-lainnya!!
Tapi di Tanabata belum ada makanan, akhirnya kami jalan kaki ke
pasar Ulee Kareng dan melihat-lihat di warung-warung yang ada, tapi sama sekali
tidak ada yang dia cari. Marija inginnya makan tahu dan tempe. Sedangkan
sekarang orang-orang baru saja selesai lebaran, jadi warung-warung belum
kembali normal. Padahal, kalau dia mau, dia bisa saja membeli roti-roti sebelum
dia bisa makan dengan benar. UUGhhh..ini kemarahan sudah memuncak dikepala!!
Dia memaksa untuk mencari makanan vegan, meski kami sudah mencari
sepanjang pasar. menurutnya, 5 menit sebelum nyampe rumahku dia lihat satu
warung yang penuh dengan makanan. Aku kira itu pasti restaurant Padang yang
dekat Pom Bensin Lambhuk. Tapi siapa yang mau balik kesana?????
Lalu kami jalan balik menuju ke Tanabata. di jalan Merkel melihat
yang jualan juice. Akhirnya dia membeli jus alpukat. Aku kira cukup dengan jus
itu untuk makan malamnya, eh...ternyata tidak. dia masih mencoba mencari
makanan. Akhirnya, setelah melihat nasi goreng, dia berhenti disitu dan memesan
nasi goreng yang tidak pake ayam. Alhamdulillaaaaah! Akhirnya kami bisa makan
dengan nyaman di Tanabata.
Ketika teman lain sampai ke tempat kami, dia bisa lihat muka
Merkel yang kecapekan banget. Tapi ternyata setelah tau kalau temanku kerja di Dinas pertanahan,
mulailah insting penelitinya muncul lagi. Hilang kantuknya. Dia tanya-tanya ke
temanku, tentang tanah, tanah adat dan tanah negara. Temanku, mengira bahwa
Merkel ini adalah CS juga seperti bule2 yang menginap dirumahku, jadi dia menjawab
semua pertanyaan Merkel. Temanku bertanya ke aku mengapa Merkel banyak sekali
pertanyaan, aku jawab (sambil narik kupingnya) “aku jelaskan nanti”.
Setelah selesai dengan pertanyaannya, aku antar dia pulang. Sampai
dirumah, dia malah masih minta cookies untuk pencuci mulut, trus ngambil air di
galon!. whuuiiihh…! bener-benar berbeda dengan CS yang biasanya menginap
dirumah. Dalam rules di web CS, kita memang diserahkan untuk membuat rules
terhadap tamu yang tinggal dirumah kita. Aku misalnya, aku tulis bahwa aku
tidak akan menyiapkan makan untuk mereka. Aku hanya menyediakan kipas angin
dikamar, bukan AC dll.. dan biasanya para tamu CS itu akan membeli sendiri
makan dan air mineral di pasar atau toko kelontong.
Tapi tamu yang satu ini BEDA!!!
Setelah selesai mengurus dia, aku balik ke Tanabata. Dan mulailah
kujelaskan ke temanku yang baru datang, siapa Merkel. Kuceritakan bagaimana aku
bisa kenal dia, dia tinggal dirumahku dan ‘kerusuhan’ seperti apa yang sudah
dia lakukan ke aku. Belum lagi teman yang tadi menemani ke Lhoknga juga bilang
bahwa dia sempat malu karena dia minta kesediaan Merkel untuk memegang foto
Pulau Weh, rencananya akan digunakan untuk mempromosikan Sabang. Biasanya orang
Indonesia suka kalau barang-barangnya di promosikan oleh bule. Eh….Sibule ini
menolak!! Gila nggak??!! Dia udah ditampung gratis, dibawa jalan-jalan gratis,
hanya untuk memegang photo Pulau Weh untuk promosi saja dia tidak mau!! Aku
sampai berfikiran, jangan-jangan ni orang bertindak criminal sehingga fotonya
ga boleh diambil. Tapi…dia foto tuh ketika surfing, dan mentag foto itu facebook
teman yang membawa dia jalan-jalan.
Bule aneh kan?
Ketika teman yang kerja di dinas pertanahan ini tau cerita ini,
dia marah sekali. Menurutnya, sebaiknya aku usir saja si Merkel dari rumah.
Tapi aku tidak tega….
Tapi semalam ketika akan tidur, aku terfikir, mungkin sebaiknya
aku batalkan saja janji dengan seorang teman yang bekerja melindungi LGBT.
Rencana awal kemarin, aku akan bawa Merkel ke teman ini dan mewawancara dia.
Tapi sekarang aku tidak merasa nyaman. Aku merasa bahwa teman-teman LGBT ini
nanti hanya akan dijadikan objek film dokumenternya saja.
Dan juga akan kukatakan bahwa aku tidak bisa menemani Merkel pergi
bersama anak-anak Punk itu ke Lhoknga. Semoga
anak2 Punk itu tidak merasa terganggu dengan kehadiran Merkel di acara mereka.
Pagi-pagi, ternyata dia sudah mengganggu ibu dengan meminta teh.
Hmmmph…. Ibu dengan bahasa Inggrisnya yang ga pas, akhirnya mengerti permintaan
Merkel. Ibu meladeni Merkel dengan bahasanya yang berlepotan.
Suasana sudah tidak enak lagi. Akhirnya aku katakan kedia kalau
teman yang akan diwawancara tentang LGBT tidak bisa ketemu karena dia harus
pulang kampung, mertuanya sakit (terpaksa berbohong). Lalu aku bilang kalau
malam ini akan ada anak CS yang akan menginap dirumah (padahal besok malam)
artinya dia harus keluar dari rumah.
Katanya, dia akan tinggal dengan anak-anak punk itu (semoga
anak-anak itu mau menerima dia), dan besok malam dia akan menginap bersama
Silfana (ketika kuhubungi Sil, katanya tidak, krn rumahnya akan kedatangan
tamu. Jadi tidak ada tempat untuk Merkel. Well...whatever).
Menurut Merkel, dia ditipu oleh orang Gayo sebesar 1,5 juta
sehingga anggaran dia mepet sekali. Begitu juga kartu kreditnya tidak bisa
dipake, aku ga tau kenapa ga bisa. Kartu itu baru akan bisa dipake di Jambi
nanti. Alhasil, dia minta menggunakan BBku juga chargernya dan akan
menyerahkannya ke Silfana ketika dia ketemu hari Senin.
Karena aku tidak ikut ke pantai bersama anak-anak punk itu, aku
tinggalkan saja dia bersama anak-anak itu. Aku membawa cemilan bagi anak-anak
itu untuk mereka makan di pantai. Tapi apakah Merkel membawa makanan untuk anak-anak
itu???Nope!!
Bahkan sebelum pergi ke anak-anak punk itu saja, dia sudah
menyusahkan. Menurutnya dia kehilangan box makannya. Kami cari-cari dimana,
ternyata menurut Kenni (adik iparku) sudah dibawa Adel (keponakanku)
kerumahnya. Alhasil, aku terpaksa pergi lagi kerumah Adel dan ambil itu box.
eh..pas pulang dan kuserahkan, dia bilang “harusnya ga perlu diambil”. Wek!!!
nape ga bilang dari awal? aku kan tidak harus pontang panting ambil tu lunch box
sampe harus terburu-buru naik sepmor ngambilnya??!!!
Sebelumnya aku sudah telpon Ali, anak Punk, ngabarin kalau kami
terlambat. Aku sampai harus mengsmsnya lagi, bilang kami terlambat karena
Merkel masih mengurusi beberapa hal. (dia ngisi sim card ke hape yang aku
pinjamkan).
Ketika kuantar ke Peunayong, ke anak-anak punk itu, kami melewati
rumah tetangga yang sedang pesta. dia pengen berhenti dan mengambil vidio. Tapi
ga aku berhentikan, karena kami sudah terlambat sekali karena janji dengan
anak2 Punk itu sekitar jam 11, sedangkan berangkat dari rumah itu sekitar jam
11.20. Hmm..bule yang satu ini emang beda dengan bule2 lain yang aku kenal.
Akhirnya, aku sampe juga ke tempat anak-anak Punk itu dan mereka
belum berangkat (syukurlah). Dengar dari percakapan mereka, mereka masih ragu
berangkat atau tidak, tapi aku sudah tidak perduli lagi. Terserah dia akan
menginap dimana. Waktu dirumah aku sudah sarankan untuk menginap di hotel
melati yang ada di dekat anak-anak punk itu. Tapi dia tidak mau, katanya dia
akan menginap bersama dengan anak-anak Punk itu.
Akhirnya, berhasil juga dia keluar dari rumah. dan untuk merayakan
itu, aku beli Air Tebu untuk aku minum sendiri, hahaahah…
Oya, karena dia ga bisa bertemu dengan teman pemerhati LGBT,
ternyata dia sudah berteman dengan Hartoyo di Facebook dan dia bertanya siapa
yang bisa dihubungi di Banda Aceh ini. Toyo ngasih nomor Ical dan Citra di
Bireuen.
my reflection:
CS berbeda dengan peneliti, meski sama-sama bule. CS yang datang kerumahku
sangat flexible dan sangat menyenangkan, sehingga aku membantupun tidak ada
merasa terbebani. aku ingat satu CS Austria yang ketika datang kerumah.
Menginap satu malam memberikan apresiasi yang begitu besar pada aku dan
keluarga. aku bisa lihat ketulusan dari kata-katanya. Begitu juga dengan CS
Spanyol yang datang awal puasa yang lalu, dia tidak masalah dengan makanan. Apa
yang aku makan, itulah yang dia makan.
Tapi tamu yang satu ini memang luar biasa.
Ketika ia menyampaikan kata terima kasih, aku tidak membaca
ketulusan disana. Kenapa? karena dia mengucapkannya sambil mengetik di
laptopnya. Ketika dia berbicara dengan anak-anak punk itu, dia sama sekali
tidak membuka kacamata mataharinya. Padahal, menurutku, alangkah baiknya jika
dia membuka kaca mata hitamnya ketika berbicara dengan orang, sehingga orang
bisa menatap langsung matanya. Apalagi berbicara dengan anak-anak punk, yang
baru sekali dia temui dan juga mereka adalah anak-anak rentan, tentunya sangat
tidak nyaman bagi mereka untuk bertemu dengan orang yang belum mereka kenal,
bule dan tidak mau membuka kacamata hitamnya ketika berbicara.
Sekarang, aku akan fikir-fikir dulu untuk membantu mereka yang
atas nama akademisi atau peneliti. Memang sebenarnya tidak boleh digeneralisir.
Tapi, malas juga kalau dapat pengalaman yang sama lagi.
Kalau CS, mereka sudah jelas standarnya. Ketika mereka meminta
untuk tinggal dirumah kita, kita bisa melihat profile di web dan membaca
komentar-komentar orang, baik host maupun orang yang pernah bertemu dengannya,
sehingga kita merasa mantap untuk memberikan tumpangan. Tapi akademisi yang
satu ini, aku sama sekali tidak punya referensi. awalnya hanya ingin mmebantu,
karena kantor yang ingin didatanginya belum buka ketika dia tiba di Banda Aceh
dari Takengon, eh...koq malah jadi menginap, dan dia juga tidak bertanya apakah
boleh menginap atau tidak.
wah, pengalaman yang tidak mengenakkan. Tapi aku mendapat
pelajaran dari situ.
Alhasil, untuk ‘menyingkirkan’ dia dari rumah, aku harus
‘merelakan’ helmku, hape dan chargernya di pinjamnya. Padahal hape adalah alat
paling krusial untuk menelpon orang-orang ketika meneliti. dia malah tidak
punya. katanya dicuri. lha, harusnya beli dunk yang baru, yang harga 250.000
saja, yang penting bisa menelpon, daripada menyusahkan orang untuk memberikan
hape kedia.
Namun selain itu, aku menjadi punya kontak dengan anak-anak punk
itu. Aku berharap aku bisa membangun trust dengan mereka.
Semoga hape, charger dan helmku bisa balik lagi ke aku….Aku sengaja menyediakan helm extra buat para CS yang menginap dirumah. karena aku hanya punya sepeda motor, maka aku siapkan helm extra.
Note: ketika note ini dibuat, hapeku dan charger sudah kembali,
tapi tidak helmku.hiks..hiks..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar