Saat ini saya mempunyai
tamu dari Jerman. Tamu ini adalah perempuan yang punya passion keliling dunia.
Dia sudah kemana-mana dan kali ini singgah di Indonesia. Indonesia yang pertama
sekali dia kunjungi adalah Aceh, tepatnya Banda Aceh.
Saya bertanya padanya
tentang Brexit. Saya kira dia adalah orang yang pantas saya tanyai tentang itu
karena berasal dari Eropa. Menurutnya, pemutusan referendum itu adalah sesuatu
yang bodoh, karena ternyata David Cameron menggali kuburnya sendiri. Saya tanya
mengapa Cameron mau melakukan itu. kata Leona, tamu yang menginap ini bahwa
referendum Brexit adalah janji Cameron ketika berkampanye. Karena sudah janji
maka ia harus melakukan itu. Menurutnya, Cameron ingin menunjukkan bahwa
keinginan untuk berpisah dari UE itu sama sekali tidak benar. dan karena
Cameron sudah berjanji ketika kampanye, maka referendum itu harus dilakukann.
(Bandingkan dengan kampanye salah satu calon pasanganGubernur dan wakil
Gubernur Aceh yang menjanjikan 1 juta/KK, sampai sudah habis masa janji itu
tidak terealisasi).
Namun ternyata, setelah
referendum dilakukan, David Cameron malah kalah, karena lebih banyak warga
Inggris yang memilih untuk lepas dari Uni Eropa. Menurut Leona, ini malah
sangat bodoh karena Eropa menjadi kembali ke masa lalu. Memang banyak dari
pemilih untuk lepas dari Uni Eropa itu adalah orang-orang tua. Salah satu
kekhawatirannya adalah karena banyaknya imigran-imigran Suria yang masuk ke
Eropa. Orang-orang tua dan orang-orang yang closed minded ini ketakutan jika
muslim menguasai Eropa.
Selain itu, salah satu
penyebab mengapa Brexit berhasil adalah karena jumlah penduduk muda lebih kecil
dari penduduk senior. Ini karena para penduduk muda ini tidak ingin mempunyai
anak, sehingga populasi orang muda sangat sedikit di Inggris.
Karena tamu saya ini
datang dari Jerman saya katakan bahwa saya sangat menyukai Angela Merkel karena
dia adalah pemimpin yang sangat welcome pada pengungsi. Menurut Leona, ini juga
karena dulunya Merkel adalah pengungsi Jerman Timur, sehingga ia bisa merasakan
penderitaan para pengungsi Suriah ini. banyak orang-orang tua di Jerman yang
tidak suka dengan kahadiran para pengungsi ini, namun selalu ada orang yang
akan mengingatkan mereka bahwa orang Jerman sekarang juga dulunya adalah
pengungsi.
Menarik sekali
mendengarkan penuturan Leona. Menurutnya dunia sekarang harusnya diisi dengan
pemikiran masa depan, bukan masa lalu. Namun ternyata di kasus Brexit, ini
malah sebaliknya. Pemikiran masa lalu malah yang memenangkan mereka yang
harusnya berfikir kedepan. Kini, anak-anak muda yang tau betapa susahnya jika
berpisah dengan Uni Eropa berusaha meminta agar referendum diulang lagi. Tapi,
itu adalah sesuatu yang tidak mungkin.
Leona adalah orang yang
pro pada Uni Eropa. Orang tuanya berasal dari Jerman tapi ia mempunyai saudara
yang tinggal di Inggris, sehingga Leona, ketika kecil hingga sekarang, sering
bolak balik ke Inggris. katanya ia belajar bahasa Inggris di Inggris. Senin-Kamis ia habiskan waktunya di Jerman dan Sabtu Minggu ia habiskan di
Inggris, tinggal bersama paman dan bibinya, sehingga ia bisa lancar berbahasa
Inggris. saya tanya berapa jauh Inggris dan Jerman, katanya hanya satu jam naik
pesawat. Aku lalu membayangkan London dan Jerman itu sejauh Banda Aceh dan
Medan. Menurut Leona, Uni Eropa adalah organisasi modern yang mencoba
menyatukan negara-negara yang ada di Eropa. Dia sangat tidak menyangka bahwa
Inggris (yang merupakan negara besar itu) harus berpisah dari organisasi modern
itu.
Kini Eropa sudah
diambang kecemasan daerah-daerah lain juga akan mengikuti langkah Inggris.
Jerman contohnya, ada yang ingin memisahkan kembali Jerman barat dan Jerman
timur.
Hmm...pendulum
sepertinya sedang mengarah ke kiri...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar